Alkisah di sebuah kelekak ( kampung kecil ) di daerah Gunung Beluru,Kecamatan Membalong,Belitung,tinggalah tujuh bersaudara.Mereka tinggal di kelekak yang sama,namun rumah tempat tinggal mereka terpisah satu sama lain.Enam dari mereka sudah berkeluarga dan tinggal bersama suami masing-masing.Sedangkan si bungsu,yang belum menikah,tinggal sendiri di rumah peninggalan orang tuanya.
Sulung dari tujuh bersaudara tersebut,oleh adik-adiknya,di panggil Kak Nam.Lalu berturut-turut,Kak Mak,Kak Pat,Kak Ge,kak Ua dan Kak Tu.Sedangkan si bungsu tetap di panggiil Bungsu.
Sebagaimana umumnya penduduk kelekak di Belitung,saat itu,sumber kehidupan tujuh bersaudara ini mengandalkan alam,seperti dari hasil berburu,menangkap ikan baik darat maupun laut,dan menanam padi.
Satu hari tujuh bersaudara ini bersama-sama pergi nanggok ikan di sungai.Pagi-pagi sekali mereka sudah berangkat ke sungai.Setelah hampir setengah hari,si bungsu belum juga mendapatkan hasil.Tak seekor ikann pun ia peroleh.Padahal ke enam kakanya maasing-masing sudah mendapatkan se-ambong penuh.
Akan halnya si bungsu,setiap kali ia mengangkat tanggok selalu saja ia dapatkan sepotong kayu hitam.Berkali-kali ia mengangkat tanggok,setiap kali pula kayu yang telah dii buang masuk ke dalam tanggok nya.Setelah memperhatikan arus sungai itu,si bungsu pun menemukan kejanggalan dengan kayu tersebut.
Melihat arus air,seharusnya kayu hitam itu tidak akan masuk. Ke dalam tanggok nya,sebab ia menghadap mengikuti arus.Cuma faktanya,kayu itu justru melawan arus dan masuk ke dalam tanggoknya.Melihat kejanggalan itu,tanpa piker panjang,kayu itupun ia masukan ke ambongnya.,lalu ia pun kembali menanggok.
Namun,kendati matahari sudah berada di atas ubun-ubun,tetap saja tak memperoleh hasil.Dengan sedih ia berhenti menanggok.Untuk mengelabuhi kakaknya,dan menyembunyikan kayu hitam di dalam ambong,ia mengisi ambong dengan daun-daun.Ia meras malu,karena tak mendapatkan hasil.Apalagi,untuk kegiatan yang mereka lakukan bersama,selama ini si Bungsu selalau menjadi bulan-bulanan dalam keusilan kakaknya.
Menjelang sore tujuh bersaudara itu pulang.Si bungsu berjalan paling belakang.Ia takut isi ambong miliknya di ketahui ke enam kakanya yang usil.kebetulan pula rumahnya terletak di deretan paling ujung.
Saking lelahnya,begitu tiba di rumah ambong yang berisi kayu hitam tadi ,digeletakannya begitu saja didekat tangga .Dibawa rasa kesal-karena tak dapat ikan –si Bungsu masuk rumah dan langsung tidur .Saking lelapnya ,ia di buahi mimpi indah.dalam mimpi ia merasa ada yang mengusap-usap dan membelaimya .
Begitu bagun dari tidur lelapnya ,bertapa terkejut si Bungsu .Disebelahnya tergolek seorang pemuda tampan .Dari tubuhnya menebar bau wangi .Tampa rasa takut si pemuda itu langsung menutup mulut si Bunngsu ketika ia mau berteriak .
“jangan besurak ,aku ukan urang jahat .tenang saja. berjanjilah duluk ,’kau dak kan besurak kaluk mulut kau ku bukak’kan ,”ucap pemuda itu .si Bungsu pun mengangguk .Lalu pemuda itu melepaskan bekapan tangannya .
“siape kau ne sebenare ?Ape maksud kau berani-berani tidu’de sebela aku ?”Tanyak siBungsu .
“Name aku Bujang Megat .Asal usulku dari sepotong kayu nokkau ambik de sungai tadik pagi ,”jawab pemuda itu .
Ditatapnya wajah Bujang Megat dan bertapa bahagianya si Bungsu karena pemuda itu sesuai idaman hatinya selama ini.Ia pun berkhayal bertapa bahagia jika megat menjadi suaminya .
Sejenak suasana hening.Dan ketika siBungsu mau beranjak dari pembaringan ,Megat menahannya,”jangan pegi,”kata megat .”Biarlah kite bebincang –bincang de pembaringan ne,”lanjutnya.
Masih dipembaringan siBungsu pun bercerita tentang keadaan pribadinya kepada megat .Setelah tahu lantar belakang si Bungsu ,timbul hasrat megat untuk membantu meringankan beban siBungsu .Ia pun,dengan berani mengutarakan niatnya untuk mempersunting siBungsu .
Tapi,alangkah terkejutnya megat ketika si Bungsu menjawab ,”karena aku agik ade sedare ,lebeh baik kite tunggu saja ‘kiape keputusan kakak-kakak aku ,utamenye kak nam nok kame’anggap penganti urang tue ,”
Artinya ,megat masih harus menunggu keputusan dari enam saudara siBungsu .karena itu megat harus pula menceritakan asal-usulnya .Cuma,kepada si Bungsu ,megat merasa tidak akan mampu menceritakan seluru asal-usul hidupnya .”lalu ape nak kau ,”begitu hasut siBungsu yang hatinya sudah kepincut berat dengan megat .Dalam hati ia juga telah memutuskan akan menyerahkan dirinya secara utuh kepada megat.
“kaluk gitu se,baik la.Lebe baik kite sembunye sajak duluk de ruma ne.Sementare kau nunggu waktu nok tepat untuk nyampaikan segale hal tadi ‘kan kakak-kakak kau,”jawab megat .
Namun ,sambung si Bungsu ,ada satu hal yang belum ia ceritakan tentrang kakak-kakaknya.Terutama kak nam yang saat ini menjadi penganti orang tua mereka .Keenam adiknya sangat takut kepada kak nam ,yang berperangai buruk .Selalu ingin memiliki apa saja barang kesayangan adik-adiknya.” Ku akuek,aku khawatir kaluk ngeliat kau,timbul sifat serakanya lalu die berusahe ngerebut kau dari tanganku,” ucap si Bungsu.
“Kaluk imang itu hambatan nok kan kite adapek,baikla kite batahan sajak mcam kate aku tadik,” jawab Megat.
Akhirnya putuslah mufakat.Mereka berdua untuk sementara akan menyembunyikan Megat sampai saat yang tepat tiba untuk menyampaikan perihal mereka kepada kakak-kakanya.
Si Bungsu pun segera bangkit dari pembaringan untuk menyiapkan makan malam seadanya.Untuk membersihkan badan,Megat pun baru pergi ke sumur pada malam hari tanpa penerangan apapun,agar tak di lihat orang.Mereka berdua pun akhirnya melalui malam itu berdua sambil mengatur strategi menyembunyikan Megat.
Sebagai bagian dari rencana,si Bungsu menjahit kelambu tujuh lapis.Mereka telah sepakat,Megat tidak di perbolehkan keluar rumah dan hanya boleh tinggal di tempat tidur dengan lapisan tujuh kelambu.Dengan cara demikianlah,mereka melalui waktu-waktu berikutnya bak sepasang remaja tengah mabuk kepayang.
Kehadiran Megat tak urung merubah perilaku si Bungsu.Wajahnya selalu ceria.Tak lagi muram seperti sebelumnya.Halaman rumah dan dalamnya pun bersih layaknya kediaman orang yang sudah berkeluarga.Dan megat,menjadi pria pingitan.
Siang hari si Bungsu harus menahan hasrat bermesraan dengan sang pujaan hati yang bersebunyi di balik kelambu.Megat pun harus menahan diri,tetap berdiam di balik kelambu.Padahal ia sangat ingin menikmati udara segar di luar.Karena nya,mereka baru bisa menikmati keindahan itu dengan penuh canda dan taw aria pada malam hari.
Perubahan pada si Bungsu tak luput dari perhatian Kak Nam.Suatu hari Kak Nam berkunjung kerumah si Bungsu.Betapa kaget dia menemui suasana rumah yang tertata apik dengan bau wewangian yang begitu semerbak.Pasti telah terjadi sesuatu yang hebat,duga Kak Nam dalam hati.
“Akhir-akhir ne kau keliatan beruba,Su,” kata Kak Nam.” Malam-malam aku rajin ngendengar kau ketawak cekikikan macam agik becakap ken urang,” lanjutnya.
“ Eu,kakak ne ade-ade sajak,” sahut Bungsu.”biase-biase sajak kak,” jawabnya lagi. “ Itong-itong nyiapek dirik jadi urang ruma nok baik.Makenye suasane de ruma ne ku buat macam ini.Lalu,kaluk malam aku rajin becakap-cakap kan binatang lain nak ku bawak masok bang ruma.De ruma ne pun ndak ade sape-sape,” jawab si Bungsu lagi.
Kak Nam,sebetulnya belum puas dengan jawaban si Bungsu.Ia masih tetap penasaran.Agar tak mengundang curiga,ia mengiakan saja jawaban adik terkecilnya itu.
Seminggu kemudian Kak Nam kembali mengunjungi Si Bungsu.Ketika itu si Bungsu masih masak di dapur.Kak Nam ingin makan sirih.Namun di keminangan ( Tempat sirih ,red ) ia hanya menemukan pinang dan sirih.Sementara kapurnya tak ada.Ia pun lalu bertanya, “ Su,aku nak makan sire.Demane kau narok kapor ? “
Tanpa sadar,si Bungsu menjawab,”Ambil la sendirik bang kelambu.Selamalam isak kamek ambik sukit idang nyire”
Mendengar jawaban itu,Kak Nam langsung ke kamar dan membuka kelambu.Amboi,alangkah banyak lapisan kelambu adikku ini,gumamnya dalam hati.
Tapi,begitu membuka kelambu,ia betul-betul kaget.Di dalam kelambu ia menemukan kenyataan yang betul-betul diluar dugaannya.Seorang pemuda tampan,Bujang Megat,tergolek dalam keadaan tertidur pulas.
Akhirnya,tahulah Kak Nam bahwa,dengan pemuda inilah selama ini si Bungsu bercanda sekaligus telah merubah total perilakunya.Melihat pemuda tampan itu,muncul sifat serakahnya dan dalam hatinya ia ingin memiliknya.
Setelah itu Kak Nam pun mengambil tempat sirih yang terletak dekat kepala Megat,menghampiri adiknya. “ Su,nok bang kelambu ne ku ambik ye,idang mainen aku de ruma,” tiba-tiba Kak Nam kepada si Bungsu.
Mendengar ucapan Kak Nam bukan lang kepalang kegetnya si Bungsu.Tahulah ia apa yang telah terjadi.Tapi berat juga baginya untuk memberikan jawaban yang menyenangkan.Sementara,jika di tolak,kakaknya akan marah besar.Kalau di terima ia pun akan kehilangan pemuda idaman nya itu.
Akhirnya di kuatkan juga untuk mengaakan yang sebenarnya kepada Kak Nam.” Kak Nam,untuk nok sikok ini aku mintak dengan sangat kakak ngerti.Nok lain kuang de ambik,tapi nok ini jangan.Gimane pun ini la harte aku nok paling kuhargaiek kan kusayangek,” jawab si Bungsu.”Kaluk kakak setuju,kamek kan cepat-cepat nika,” lanjutnya.
Mendapati jawaban itu sikap serakah dalam diri Kak Nam kian mengembang,Rupanya ia pun sudah menyiapkan hasutan untuk menggagalkan pernikahan adiknya.
“ Ye la mun kitu se.Tapi kau la tau ke ape-ape ajak nok harus delakukan sebagai urang bini?” Tanya Kak Nam.
“ La kak,aku la belajar kan nyubak e sendirik de ruma ne semampu aku,” jawab si Bungsu.
Kaluk gitu,cubak la sebut ape sajak nak la kau cube,Kata Kak Nam.
“Pagi-pagi akuu nyiapek pelampunen ( sarapan pagi,red).Uda itu kusediaken pakaian idang ke bang utan,lalu kusesaek bajuk kutor,nyiapek makan siang nye,kan nyiapek kupi waktu die bangun tiduk sure-sure.Malam hari,kaluk die nak,aku nyiapek dirik ngelayanek nye selaku urang bini nok baik.Lalu sebagai seurang bini nok lakinya kerje bang utan,aku nak apal dimane die narok parang,kapak,beliong kan nok lain nye.Jelas kak ?” cerita si Bungsu.
“Mak nang hebat kitu kau ne su.Laki kau rupenye nak kau manjakan macam raje.Padahal kau,persis macam babuk nye.Selaku kakak paling tue,aku ndak sependapat kan care kau ngelayanek laki macam kau sebutkan tadik.Itu same sajak kan ngenjatuek martabat keluarge kite.Cubak kau liat sendirik abang kau de ruma.kaluk nak makan,masak sendirik,nak minum muat sendirik.Semuenye serba sendirik.Sunggo kan kitu te mane berani ninggalkan aku,” Kak Nam mencoba menghasut adiknya.
Setelah di fikirkan benar juga pendapat Kak Nam.Di pengaruhi rasa takut kepada Kak Nam serta rasa khawatir akan di jadikan budak di rumah sendiri,si Bungsu pun membenarkan dan menyetujui pendapat kakanya.” Mun gitu baik la kak,aku nak nyubak ape nok la kakak saranek tadik,” ungkapnya.
“ Nah itu baru adek kakak.Kini semuenye,temasok biak bujang nok ade de ruma ne ku kabarkan kan sedare kite nok lain.,” jawabnya Kak Nam sambil memeluk adiknya.
Keesokan hari,semua kakaknya mengetahui latar belakang perubahan si Bungsu.Namun,semuanya tak setuju saran Kan Nam.Tetapi,karena takut,mereka hanya bisa mengurut dada saja,tanpa bisa menemukan jalan keluar bagi si Bungsu.Pahit sekali apa yang di alami si Bungsu.Mendapatkan jodoh tapi di sarankan untuk tidak menjadi istri yang baik.
Dengan hati mantap dan keteguhan hati,si Bungsu melakukan apa yang di sarankan Kan Nam.Dan betapa kagetnya Megat,ketika bangun pada suatu pagi.Ia tidak menemukan sarapan seperti biasanya.Si Bungu tidak bangun pagi seperti biasanya.Ia hanya melihat sebuah beliung yang di letakan sedemikian rupa di atas pintu,sehingga begitu itu di buka beliung akan tepat mengenai kepalanya,hingga Megat akan mati seketika.
Mendapati kondisi demikian,segeralah ia membangunnkan si Bungsu,untuk meminta penjelasan.Begitu bangun si Bungsu pun langsung menceritakan apa yang terjadi.Setelah di jelaskan mengertilah Megat maksud tersembunyi di balik saran Kak Nam.” Beliong nok de atas pintu to untuk ngembuno aku kan ?” hardiknya kepada si Bungsu
Ketahuilah,lanjut dia,” ape nok la kau gawekan untuk aku selamak ini la benar la,mimang kitu la nok saharusnye di berik kan laki.” Jangan lupak,kite harus nyering setiap saran dari siape pun,termasuk dari kakak sendirik.Licik benar kakak kau ti Bungsu,Hardik Megat.
Di hardik demikian,bukan main marah si Bungsu.”beraninye ka ungula-ngulakan kakak aku.Dasar ndak tau de untong.la ku layanek lahir batin,ukan terimak kase,tapi ngula-ngulakan kakak aku.Dasar manusie kayu,kau megat,” si Bungsu balik menghardik Megat.
Mendengar hardikan si Bungsu yang membawa-bawa sejarahnya,Megat sadar hasutan Kak Nam sudah begitu marasuk dalam diri si Bungsu.Megat hanya bisa menerima dengan kepala dingin.
Lalu ia pun berkate,” auk la mun kitu se Su.Karene matahari la tinggi tulong sediekan tujo ikok teluk rebus,untuk sangu aku balik ke bang utan sarkembali ke hutan sarine?
Dengan berat hati,si Bungsu menyiapkan bekal untuk Megat.Sambil menyediakan bekal buat Megat,seketika ia sadar bahwa Megat benar.Setelah lepat dan telur di bungkus,si Bungsu pun meminta Megat tak kembali ke hutan hari ini.Namun walau si Bungsu bersikeras melarangnya,hati Megat telah bulat kembali ke hutan.
Megat pun berusaha merayu si Bungsu dengan nyanyian,syair dan pantun asmara sehingga ia tertidur.Inilah saat yang di tunggu-tunggu Megat,dan pergilah ia meninggalkan si Bungsu yang sedang tertidur lelap.
Ketika si Bungsu terbangun,Megat sudah tidak ada lagi di rumah.Di carinya ke rumah kakak-kakaknya,juga tak di temui.Termasuk kerumah Kak Na,kali-kali ia menculik Megat.
Lalu ,si Bungsu pun menyusul ke hutan.Di hutan ia menemukan Megat sedang duduk melamun.Ketika ia mendekat terkejutlah Megat.Si Bungsu pun merangkul Megat,merayu mengajak pulang.Sementara Megat safar bahwa ia tidak boleh takluk dengan rayuan itu.
Ia pun kembali bernyanyi dan berpantun untuk menenangkan hati si Bungsu.Tak lama kemudian si Bungsu tertidut.Kesempatan itu di gunakan Megat unttuk melanjutkan perjalanannya.Sambil berjalan ia berfikir,kalau terus berjalan ia akan kelelahan dan pasti si Bungsu akan menemukan nya kembali.Sedang untuk menyanyi dan berpantun ia sudah tak bisa lagi.Sudah habis nyanyian dann pantun yang ia ketahui.
Akhirnya ia memutuskan untuk bersembunyi di dalam lekukan pohon kayu yang telah lapuk.Konon,pohon kayu tempat Megat bersembunyi itu adalah Pohon Gahru.
Adalah si Bungsu yang tertidur oleh senandung nyanyian dan pantun Megat.Ketika terbangun Megat tak ada lagi di dekatnya.Ia pun menangis tak henti-hentinya di tengah hutan.
Ketika di temukan penduduk kampung yang tengah berasuk ( berburu menggunakan anjing,red) si Bungsu tak dapat di bujuk-bujuk untuk kembali.Ia terus menangis dan memanggil Megat.Tapi nasi sudah jadi bubur.Bersembunyi di lubang kayu sekaligus mengakhiri petualang Megat di dunia manusia.Ia telah kembali ke asalnya,sepotong kayu.
Konon,dari cerita itu,setelah itulah kayu gahru berbau wangi.Wewangian itu di pancarkan dari tubuh Bujang megat yang selalu memancarkan wewangian.
Menurut cerita pada pencari kayu gahru,marak di Belitung pada 1983-1984,setiap ke hutan selalu membawa bekal tujuh telur rebus dan tujuh lepat,dan sebagai pemotong selalu menggunakan beliung.
Menurut cerita pula,setelah di temukan penduduk kampung meninggal dunia di hutan.Arwahnya terus berkeliaran di hutan-hutan Belitung.Ia mencari Bujang Megat,sang idaman hati,yang telah berubah menjadi Seniang Garu.
Narasumber tidak memberikan syair pantun dan nyanyian yang di ssenandungkan Bujang Megat.Syair itu merupakan mantera gaib untuk mencari gahru.Bahkan,menurut Pak Pek,jika syarat tujuh telur rebus dan tujuh lepat serta beliung terpenuhi,dengan mantera berupa pantun dan syair yang pernah di nyayikan Bujang Megat,seniang garu yang terdapat di tengah pohon garu akan bersinar.
Sumber Cerita : Buku Cerita Kampung Rakyat Belitung oleh Bule Sahib
0 komentar:
Posting Komentar