Di antara bebarapa objek wisata yang ada di pulau Belitung,salah satu yang sering di kunjungi wisatawan local adalah batu buyung.
Obyek wisata ini berada di daerah paling ujung di selatan Pulau Belitung,terletak sekitar 110 km dari kota Tanjungpandan,batu Buyung bisa di capai menggunakan kendaraan roda dua maupun empat.
Kelebihan obyek wisata ini adalah sebuah batu seukuran lapangan bulu tangkis yang terlihat agak unik.Layaknya sebuah batu yang memang di letak kan di atas sebuah batu datar lain nya.
Selain sebagai tempat wisata,kawasan obyek wisata Batu Buyung ini juga di kenali masyarakat sebagai tepat yang memiliki nuansa magis cukup kuat.Hingga kerapkali orang-orang mendatangi Batu Buyung untuk bernazar,semisal meminta sesuatu seperti nomor buntut dan sejenisnya.
Banyaknya masyarakat yang menjadikan Batu Buyung sebagai tempat bernazar,tak terlepas dari cerita di balik keberadaan dan asal usul Batu Buyung itu sendiri.Yang konon hanya sebuah batu kecil seukuran kepala bayi ( buyng.red ) yang berasal dari Kerjaan Majapahit.
Di kisahkan,dalam satu misi perluasan wilayah,satu armada kecil dari kerajaan Majapahit melihat sebuah ” gosong ” yang aneh.Tampak seperti gosong,tapi pemandangan dari laut sangatlah indah.Terpesona dengan keindahan gosong tersebut,serempak semua awak perahu menghentikan pekerjaan.Mereka memilih menikmati keindahan tersebut daripada melakukan pekerjaan.
Namun demikian,kendati memiliki kesempatan,mereka tak berani langsung mendarat ke gosong tersebut.Takjub dengan keindahan gosong tersebu,para awak perahu kerajaan Majapahit seperti merasakan hanya mendatangi sebuah pulau tak ta berpenghuni saja..Tapi bedasarkan pengalaman di pulau-pulau lain,mereka merasa yakin bahwa gososng yang indah ini pasti ada penghuni nya.Dengan keyakinan tersebutlah kemudian mereka menyempatkan diri singgah sebentar untuk sekedar beristirahat sambil menikmati indahnya gosong tersebut.
Sesampai di tanah jawa,pimpinan armada kecil itupun segera melapor kepada raja.Menceritakan pulau temuan yang anggap ganjil dan penuh misteri ini.Mendapat laporan demikian raja merasa perlu untuk segera menanggapinya.Pertemuan singkat pun di gelar untuk memutuskan apakah pulau tersebut akan di beri tanda sebagai milik majapahit.Di akhir pertemuan raja menginstruksikan hulubalang membuat sebuah tanda berupa subuah batu yang di buat dari batu dapur ( Tanah liat yang di bulatkan,biasanya di gunakan untuk membuat dapur api di rumah-rumah di kampong,sebesar kepala buyung-bayi.red ).Mendapat instruksi demikian hulubalang pun segera menyiapkan sebuah batu dapur lengkap dengan tali rantai yang panjang sebagai pengikat pulau tersebut dari pulau jawa.
Setelah semua perlengkapan siap rombongan kedua pun berangkat menuju pulau misterius tadi.Berbeda dengan misi sebelumnya,kali ini anggota rombongan jauh lebih banyak.Singkat cerita setelah rombongan tadi sampai di pulau misterius tadi,mereka segera meletakan Batu Buyung di tempat nya sekrang ini.Dari Btu Buyung ini pula lalu di ikatkan rantai hingga sampai ke pulau jawa.Sedang sebagian kecil tetap tinggal untuk mengawasi sekaligus menjaga pulau tersebut agar tidak di ambil orang lain.Penjaga inilah yang konon masih menghuni daerah dimana batu tersebut di letak kan.Kepada beliaulah orang-orang minta sesuatu untuk kemudahan yang bersifat duniawi.
Saat ini Batu Buyung tadi sudah tidak seperti keadaannya pertama kali di bawa dari tanah jawa,yang hanya seukuran kepala bayi.Tapi sudah membesar hingga menjadi seukuran lapangan bulutangkis.Namun,yang aneh bin ajaib,letak Bati Buyung ini persis seperti sebuah batu yang memang di geletakan di atas sebuah batu datar lain nya.
Menurut pendapat setengah orang,jika batu ini di dorong baramai-ramai ia akan tergeser ke lautan.Tetapi karena sekarang sudah di anggap batu berpenghuni,maka orang tak berani lagimembuktikan nya.Pendapat lain juga mengatakan bahwa,penghuni Batu Buyung saat ini ada tiga orang.Yaitu Bujang Tanggok ( Melayu/Islam ),Taopekong Gambar Melayang ( Cina/Khong Hu Cu ), dan Penderas kilat Di Awan ( Kulit Putih/Kristen )
Pendapat lain juga menyebutkan bahwa,permintaan sesuatu kepada penunggu Batu Buyung ini akan bisa di kabulkan setelah peminta melakukan pertapaan yang sangat berat ujian nya.Mula-mula pertapa di lemparkan ke Gunung Baginda,lalu oleh penghuni Gunung Batu Beginda di kembalikan ke Batu Buyung.Lempar melempar itu terjadi sebanyak tujuh kali secara berulang-ulang.Nah,jika di pertapa berhasil melewati ujian pertama ini,maka si pertapa akan di lemparkan ke sebuah gosong bernama GOSONG PARAK ,untuk uji secara magis.Setelah seorang pertapa berhasil melewati ujian terakhir ini,barulah apa yang di inginkan dan di sampaikan pertapa sebelumnya akan di kabulkan.
Memang sejauh ini tak ada yang menceritakan sudah berapa banyak pertapa yang di kabulkan permintaan nya.Namun,sebagian masyarakat tetap yakin bahwa,batu yang semula hanya berukuran kepala bayi itu telah berubah menjadi sebesar lapangan buluhtangkis itu,tetap di jaga oleh pasukan yang di kirim oleh Raja Majapahit ketika menguasai Pulau Belitung,hingga jadi terkesan angker.
Sumber Cerita : Buku Cerita Kampung Rakyat Belitung oleh Bule Sahib
0 komentar:
Posting Komentar