Alkisah,pada masa menjelang Agama Islam masuk dan berkembang di Belitung,sebuah perahu dalam keadaan compang-camping nampak terapung-apung menuju ke bagian hilir Muara Sungai Pesak.Perahu yang di tumpangi seorang laki-laki berasal dari Brunai bernama Deraman Jaya Sakti dan istrinya itu akhirnya terdampar di sisi sungai,yang sekarang di kenal dengan kampong Simpang Pesak.
Kondisi mereka berdua sangat mengenaskan.Pakaian yang di kenakan sudah compang-camping.Persedian makanan tidak ada.Sementara perahu yang mereka tumpangi sudah tak bisa di gunakan.Mengingat kondisi tersebut,Deraman memutuskan menetap di daerah tempatnya terdampar,untuk mencoba kehidupan baru.Sebuah gubuk sederhana pun didirikan.Bahan-bahannya di ambil dari kayu-kayu di sekitar tempat kapal nya terdampar.Sebagai atap di gunakan bahan-bahan dari bekas kain layer yang sudah tak terpakai lagi.
Belum berbilang bulan,kedatangan Deraman telah mengejutkan Raja Balok.Saat itu pusat pemerintahan Kerajaan Balok terdapat di daerah yang sekarang di kenal dengan Dusun Balok Lama,berjarak cukup jauh dari Simpang Pesak.Kendati demikian Pesak,saat itu masuk dalam wilayah Kerajaan Balok.
Raja Balok,saat itu,di kenal selalu mencurigai setiap kedatangan orang asing ke wilayahnya.Ia juga selalu meminta sejumlah nilai tertentu kepada orang asing yang datang untuk mendapatkan izin tinggal.
Mengetahui kedatangan Deraman tersebut,Raja Balok mengutus seorang penghubung.Setelah bertemu,penghubung itu pun menyampaikan pesan bahwa,Deraman agar segera menghadap ke Isatan Raja Balok,untuk mengabarkan hal ihwal maksud dan tujuan kedatangan nya.Mendapat pesan demikian,hari itu juga Deraman datang menghadap Raja Balok.
Setelah mengetahui maksud kedatangan Deraman,Raja Balok pun lalu memperbolehkan Deraman menetap dan mendiami pondoknya.Cuma syaratnya,ia harus membayar sejukung emas.
Mendengar keputusan Raja Balok,awalnya Deraman merasa keberatan.Tapi setelah di pikir-pikir bahwa ia bukan seorang miskin di negri asalnya,Deraman pun setuju dengan parsyaratan yang di ajukan tersebut.Tetapi ia minta waktu sebulan untuk mempersiapkan diri guna memenuhi syarat tersebut dan menyediakan perahu atau jukung untuk mengisi emas nya.Raja Balok pun menyetujui permintaan Deraman.
Maka pulanglah Deraman ke pondoknya.Setelah berembug dengan istrinya,di putuskan bahwa ia akan kembali ke Brunai utnuk mengambil emas bahkan segala benda dan barang yang akan di perlukan selama mereka bermukim di Belitung.Ke esokan harinya,Deraman pun segera menyipkan sebuah perahu baru.Setelah berhari-hari,selesailah perahu tersebut berikut segala perlengkapan sederhana yang kira-kira memenuhi syarat untuk bias sampai ke Brunai.Istrinya menyiapkan panggang lutong,makanan awet di jalan dan kebutuhan suaminya seperti sarung dan berbagai helai pakaian yang di buat dari kain robekan layar.
Setelah semua persiapan selesai berangkatlah Deraman dari muara Sungai Pesak menuju Brunai.Barhari-hari Deraman menggunakan waktu mendarat itu dengan sebaik-baiknya.Di sediakan nya emas satu jukung untuk syarat tadi,dan sebatang bibit kayu pelepak,setempurong batu garam ( pasir garam ),seekor kucing,seekor ayam jantan dan beberapa barang lain nya untuk di bawa ke Belitung.
Singkat cerita dengan bekal tersebut Deraman kembali berlayar ke Belitung.Selama berlayar,ayam jantan yang ia bawa,selalu berkubang dalam kapur garam,hingga melekat pada bulu-bulunya.Di tengah perjalanan ia di cegat gerombolan lanun.Saat di cegat para lanun itu,ayam jantan milik Deraman segera terbang ke tiang-tiang layar perhau lanun tersebut.Di atas tiang layar itulah,kemudian ayam jantan itu mengepak-ngepakan sayapnya yang penuh berisi pasir garam,hingga membuat para lanun kelilipan,dan menjadi kalang kabut.Bertepatan dengan itu Deraman menyerang para lanun,hingga habis semua nya.
Setiba di Belitung,Deraman langsung menghadap sang Raja di istana nya.Kepada Raja ia minta agar transaksi di lakukan di pinggir muara Sungai Pesak,dekat perahu dan sejukung emas di tambatkan.Mendengar Deraman sudah siap dengan syarat untuk menetap di wilayahnya Raja Balok pun setuju dan berangkat di iringi pengawal lengkap.
Tiba di pinggir sungai dekat perahunya di tambatkan terjadilah transaksi.Tapi,sekali lagi,Deraman minta dengan hormat sebelum transaksi “ ditandatangani “ agar Raja Balok juga menerima tawaran dari Deraman.
“ Baginde,baik e gini jak.Jukong dan emas di dalam nye kamu ambik,tapi aku nanam pelepak ne dari kampong aku de sanak.Lauda itu aku nebarkan kapor garam ne de sekitarnye.Jadi kayu ini kan jadi batas kediaman aku mun die tumbo kelak,” begitu permintaan Deraman.
Karena permintaan itu di nilai tidak ada artinya,Raja Balok pun mengizinkan penanaman kayu pelepak dan penaburan pasir garam tersebut.Demikianlah akhirnya Deraman pun dapat tinggal di daerah Pesak ini.
Cuman dari batas penanaman sebatang pohon Pelepak tadi,berkembanglah pohon tadi menjadi meluas sampai ke wilayah km 62 sekarang.Anehnya justru di daerah Dusun balok sendiri tidak tumbuh sama sekali.Dari penuturan narasumber cerita ini,di ketahui bahwa batas perdukunan Balok dan Pesak,yaitu daerah asal pohon pelepak tadi dan yang ada pohon pelepak sedang daerah perdukunan Balok yang tidak ada pohon pelepak.
Deraman juga memiliki sebuah senjata bernama keris candrik ( panjangnya sejengkal ).Ketika musim kemarau panjang meyerang kelekaknya,Deraman kesulitan mendapatkan sumber mata air untuk di jadikan sumur,mesti hamper semua wilayah itu telah di jelajahinya.Dalam keadaan demikian Deraman mencabut keris candrik dan menancapkan nya ke tanah dekat pondok nya sambil berkata “ De sinek la baru kau akan keluar,atau kamek akan mati semue ! “ sekejap setelah ia mencabut keris candrik dari dalam tanah,keluarlah air dari tempat ia mencapkan keris candriknya tadi.Sumber air itulah yang sekarang berada dekat kuburan nya atau tak jauh dari lairan Sungai Pesak yang berair asin,namun sumur air itu tetap tawar.
Setelah lama bermukim di daerah Pesak,Deraman pun punya seorang anak perempuan kesayangan.Sebagaimana di ketahui pohon durian bias tumbuh dimana saja.namun,di Pesak pohon durian baru tumbuh dua tiga keturunan ke belakang.
Menurut cerita hal itu terjadi juga berkenaan dengan keberadaan Deraman Jayasakti.Seperti umumnya di kampong-kampung di Belitung,musim durian merupakan kesempatan bagi anak-anak untuk bermain jauh dari rumah.
Di kisahkan ,pada saat musim repak durian sedang jujo,anak perempuan Deraman berada sendiri di pondok durian nya utnuk menunggu durian jatuh.Dalam kesenyapan kelekak,tiba-tiba terdengar suara gemerisik di ikuti suara gedebuk tanda ada durian jatuh.Namun,suara itu di ikuti jeritan anak kecil.
Mendengar suara jeritan tersebut Deraman segera menghentikan pekerjaan nya dan bergegas menuju pondok durian nya.Begitu sampai di pondok durian betapa kagetnya dia.Anak kesayangan nya sudah terbaring dengan kepala berlumuran darah.Karena terbawa rasa sedih yang teramat sangat atas kejadian yang menimpa putri kesayangan nya itu dengan marah ia pun berucap “ selama tujuh turunan kampong ini ndak kan detempo durin ! “ Lalu,jenazah putri kesayangan nya itu pun ia makam kan di pinggir Sungai Pesak saat ini.
Sepeninggal putri kesayangan nya Deraman sangat terpukul,hingga mengkhawatirkan istrinya.Rupanya putri kesayangan nya itu tak dapat tergantikan dengan kesenangan lain.satu-satu teman permainan Deraman hanya tinggal kucing dan ayam jantan yang di bawanya dari Brunai.Namun,karena bukan manusi,keduanya hanya bisa di ajak bermain di luar rumah saja.
Yang merasa Deraman merasa aneh adalah keakraban kedua biantang itu kepadanya.Kemana Deraman pergi,kedua biantang itu selalu mengikuti.Bahkan kedua binatang itu selalu ikut di saat ia pergi berburu.namun,keikutsertaan kedua binatang itu tak membuat repot,malah membawa berkah.Setiap pergi berburu ia selalu mendapat hasil mulai lutong kecil,kera serta binatang lainya,hingga berlebih dan bisa di awetkan dalam bentuk pekasam sebagai makanan persediaan..sampai-sampai pekasam dari hasil buruan itu mencapai tujuh tempayan.begitu lah kehidupan Deraman sepeninggal putri kesayangan nya.
Suatu hari ,datanglah sebuah perahu dengan beberapa anak buah.Dari penampilan dan wajahnya,para pendatang itu terliahat tak ganas,malah penuh sinar kebijakan dan kebaikan.Deraman memperhatikan bentuk perahu mereka,hingga akhirnya tahu lah ia bahwa para pendatang itu berasal dari Brunai juga.
Deraman pun menyambut mereka dan segera menemui kepala perahu tersebut dan menanyakan maksud kedatangan mereka.Setelah ngobrol sana-sini,kepala perahu pun menyampaikan maksud kedatangannya.Dari Brunai ia mendapat tugas untuk meng-islamkan semua orang Brunai yang berada di luar Brunai,terutama di pulau-pulau di sebrang lautan.Maka kepala perahu itu pun memanggil seorang ahli agama yang akan mengjarkan agama islam kepada Deraman khususnya dan kepada penduduk setempat pada umumnya.
Setelah mendengar dan menyimak semua hokum dan ketentuan Islam,Deraman pun berakata : “kaluk gitu aku lum kan masuk islam.Aku nak ngabisen duluk tujo tempayan pekasan berisi pekasan daging lutong dan kerak.” Mendengar hal itu maklum kepala perahu kenapa Deraman belum mau masuk Islam.
Menurut penuturan,belum sempat menghabiskan tujuh tempayan pekasam lutong dan kera tersebut Deraman telah keburu meninggal dunia.
Keramat ini terletak di sebelah kiri arah ke km 62 dari jembatan Sungai Pesak,bergabung dengan kuburan umum tapi di pelihara dan di kelola khusus oleh ahli waris nya.Bentuk kuburan dan misan nya menggambarkan Islam dan sumur di dekatnya bergaris tengah 60 cm dengan kedalaman 70 cm,berair tawar walaupun hanya beberapa meter dari lairan Sungai Pesak yang berair asin.
Semua penduduk Pesak sangat menjaga kebersihan lingkungan ini karena jika sembarangan menggunakan air sumur ini,bada akan gatal-gatal.Menurut narasumber,sumur ini menjadi alamat terakhir penduduk saat musim kemarau panjang.
Desan Pesak sendiri memiliki kekhususan melaksanakan ruwahan di rumah masing-masing,tapi di lakukan bersama berpusat di sekitar Makam Datuk Keramat Pesak.sebab Deraman Jayasakti di anggap sebagai cikal bakal penduduk Desa pesak saat ini.
Sumber Cerita : Buku Cerita Kampung Rakyat Belitung oleh Bule Sahib
0 komentar:
Posting Komentar