Riwayat Batu Meja/Batu Rakit


Rabu, 21 September 2011

Pada zaman dahulu,karena ancaman yang terus menerus dari para lanun atau bajak laut yang datang merapok ,membunuh dan menculik perempuan,hidup dipinggir pantai bukanlah sesuatu yang menyenangkan bagi penduduk pulau Belitung .Begitu pula juga dengan kehidupan didaerah Sijuk .penduduk daerah ini lebih memilih berdiam jauh dihutan-hutan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka berkebun kecil-kecilan,Hingga hasilnya hanya cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari saja.


Diantara penduduk tersebut ,adalah seorang pemuda gagah berani bernama Bujang Anom .Ia berpikiran bahwa hidup dalam bayang-bayang ketakutan dan tidak menyenangkan tersebut tak dapat dibiarkan begitu saja.Hingga satu-satunya cara yang dapat dilakukan adalah hanya dengan melawan lanun tersebut .

Pemikiran Bujang Anom ini wajar .sebab ia dikenal sebagai pemuda yang memiliki kesaktian luar biasa .Sehari-hari ,Bujang Anom suka duduk diatas sebuah batu besar tak jauh dari pantai,Disekitar muara sungai Sijuk .Dari batu besar itu lah ia selalu mengintip kedatangan para lanun saat ingin menyerang penduduk yang tinggal di pedalaman melalui muara sungai Sijuk .

Hatta,suatu hari dari kejauhan nampak beberapa buah perahu mendekat kearah muara sungai Sijuk .Mengetahui kedatagan para lanun tersebut ,penduduk pun segera bersiaga .Bersembunyi-bunyi disemak-semak dengan senjata siap ditangan.Sementa itu ,Bujang Anom bersiap diatas batu besar tempat ia biasa duduk untuk mengamati kedatangan para lanun tersebut .

Dengan segala kegarangannya ,beberapa puluh tombak dar ibibir pantai ,dengan senjata terhunus para lanun telah bersiap –siap turun dari perahu .Namun, belum sempat menginjakan kaki didasar laut yang sedang surut,secara tiba-tiba dari balik sebuah batu besar muncul seorang pemuda.Pemuda yang tak sama kali bersenjata itu adalah Bujang Anom.

Kemunculan Bujang Anom yang sangat tiba-tiba itu,kontan membuat para lanun terkaget-kaget.Hingga mereka urung turun dari perahu.Malah hiruk pikuk teriakan para lanun yang siap turun ke pantai pun sontak berubah hening.Belum habis rasa kaget para lanun itu,tiba-tiba Bujang Anom memungut sebuah kerang besar berduri sangat tajam.Sekejab kemudian,dengan kedua belah kakinya,Bujang Anom menyepak-nyepak kerang berduri sangat tajam itu,bak memainkan bola kulit.

Pemandangan itu membuat para lanun kian terperangah.Kejadian seperti itu,dalam sejarah kejahatan mereka belum pernah di temui.Hingga mereka berpikiran,pastilah pemudah yang menyepak-nyepak kerang berduri itu bukan orang sembarangan.Tak mau mati konyol,seorang pemimpin para lanun itu turun ke pantai,mendatangi Bujang Anom.”Boleh kah kami masuk dan menambatkan tali sauh kami,hai orang muda,”serunya
Tidak bisa “ jawab Bujang Anom,”Daerah ini bukan tempat bagi orang-orang jahat,”lanjutnya lagi sambil naik ke atas batu tempat dia bisa duduk.Sambil berdiri di atas batu itu,ia berteriak menantang,”Kalau ada yang berani melewati batu ini langkahi dulu mayatku !! “.Sekejab kemudian Bujang Anom menendang kerang berduri kea rah sebuah perahu para lanun hingga perahu itu karam dan hanyut di bawa arus sungai Sijuk.

Melihat situasi tak menguntungkan ini,pemimpin lanun yang tadi berbicara dengan Bujang Anom bertanya kembali.” Dimana penduduk daerah sini ? Siapa kepala adatnya ?”. “ Akulah orang nya “ jawab Bujang Anom lantang.” Seluruh anak buahku,penduduk sekitar tempat ini,berada di gunung.”Selangkah kau mendarat di tanah seluruh perahu ku hancurkan,” teriak Bujang Anom lagi.

Mendapatkan jawaban demikian seketika terkesimalah para lanun tadi.Karena situassi tak menguntungkan tersebut mereka pun urung melanjutkan rencana jahatnya.Sekejap kemudian mereka memutar balik perahu masing-masing dan kembali ke tengah laut.

Namun,aneh bin ajaib.Begitu perahu para lanun berbalik arah menuju ke tengah lautan,seketika itu juga Bujang Anom raib.Tak ada jejak yang mereka tinggalkan,keuali sebuah batu besar dengan permukaan datar,mirip sebuah meja.

Sementara itu semua penduduk yang sebelumnya memang telah siap dengan senjata di tangan,satu persatu mulai menampakan diri,keluar dari semak-semak.Tapi,tak urung mereka pun di liputi ke heranan luar biasa.Buajang Anom yang selama ini mereka kenal sebagai manusia biasa,tiba-tiba menghilang,malah sejak kejadian itu,Bujang Anom tak pernah lagi muncul di tengah penduduk.Singkat cerita,sejak kejadian tersebut,penduduk Sijuk bisa hidup damai dari gangguan para lanun.Perlahan mereka pun mulai menggantungkan hidup dari hasil laut.

Sementara batu tempat Bujang Anom berdiri,oleh penduduk setempat dinamai Batu Meja—sebagian penduduk ada yang menyebutnya Batu Rakit,dan di keramatkan.

Sumber Cerita : Buku Cerita Kampung Rakyat Belitung oleh Bule Sahib   

0 komentar:

Lokasi