Telage Muyang Manis


Rabu, 21 September 2011

Di bagian Tenggara Kecamatan Membalong terdapatlah sebuah teluk agak besar,yakni Teluk Balok.Ke dalam teluk ini bermuara sebuah sungai yang terbilang besar dan panjang menurut ukuran penduduk setempat,yang di kenali sebagai Sungai Kembiri.


Konon,pada suatu ketika,sebelum Agama Islam masuk ke Belitung,disisi sungai ini berlabuh sebuah perahu.
Sebelumnya perahhu tersebut telah beberapa hari memudiki sungai sampai jauh ke hulu hingga tiba pada sebuah lemong ( lekukan sungai yang airnya lebih dalam,red ),tempat Sungai Kemibiri ini terbelah dua.Aliran dari sebelah kiri agak dalam airnya daripada air sebelah kanan.Ke arah kiri inilah perahu tersebut melaju.

Setelah berhari-hari memudiki sungai ini,perahu ini akhirnya tiba di satu tempat yang mereka anggap baik sebagai tempat pemukiman.Setelah mendarat,awak perahuh segera mempersiapkan diri membuat tempat untuk bermukim.Mereka menebang hutan dan membuka ladang.

Dalam berladang pendatang baru ini sangat tekun,hingga tidak heran jika usaha mereka sangat berhasil.Tanaman yang di tanam pun tumbuh subur.Keberhasilan ini mendorong penduduk yang lebih dulu dating dan tinggal tak jauh dari pemukiman baru tersebut untuk mendekatkan diri,hingga kemudian berkembang menjadi persahabatan.

Pendatang baru ini di pimpin seorang yang bernama Tuk Pancor.Dan istrinya di panggil Nek Pancor.Kagum dengan keberhasilan anak buak buah Tuk Pancor dalam berladang,penduduk yang bermukim di sekitarnya mulai berpindah mendekati Kelekak Tuk Pancor.Daerah itu akhirnya berkembang pesat dan kemudian dikenal dengan Kelekak Tuk Pancor.Dan dari sinilah riwayat ini di mulai.

Satu ketika ‘ barat hijau ‘ ( satu musim kemarau sangat panjang yang dating lebih cepat dari kemarau umumnya,red.) menyerang Belitung,termasuk kelekak Tuk Pancor.Akibat air sungai dan sumur-sumur sumber air minum penduduk lebih cepat kering,membuat penghuni kelekak Tuk Pancor kesulitan air.Satu-satu nya sumber air yang masih tersisa terletak di antara dua buah bukit,puluhan kilometer jauhnya dari kelekak Tuk Pancor.Namanya Selangan Libot.Selangan dalam bahasa setempat berarti di antara dan Libot berarti bukit.Secarah harfiah Selangat Libot berarti di antara dua bukit.

Sepanjang musim barat hijau,setiap hari Tuk Pancor dan penduduk setempat berjalan kaki ke Selangan Libot untuk mengambil air.Dari pagi-pagi buta hingga gelap malam mereka bergantian ke sumber air tersebut.
Satu hari,di tengah terik sengatan matahari,anak Tuk Pancor,bernama Manis,sedang asik bermain di sekitar rumah.Setelah lama bermain,Manis kehausan.Ia kembali ke rumah,untuk minum.Namun semua tempat air sudah kosong melompong.Tak menemukan air di rumahnya,Manis pun mencari air ke rumah tetangga.Namun,mereka tak ada di rumah.Semuanya sedang mengambil air di selangan libot.Tak dapat air minum,Manis meraung-raung pulang kerumahnya.

Melihat Manis menangis meraung-raung, Tuk Pancor bergegas menemuinya dan berusaha menyabarkan agar berhenti menangis sambil menjanjikan akan mencarikan nya air minum.Meski telah di bujuk,bukan berhenti,tangisan Manis malah makin menjadi-jadi.bahkan,lebih keras dari sebelumnya. Tuk Pancor pun panik.Dalam kepanikan itulah Tuk Pancor segera mengambil tempat air dan langsung bergegas menuju selangan libot untuk mengambil air minum.

Sementara Manis terus saja menangis.Sambil menagis di kaki tangga rumah,ia menghentak-hentakan kakinya ke tanah.Lama kelamaan tanah tempat ia menghentakan kaki semakin dalam dan lebar.Saat rasa hausnya memuncak,sambil menunduk ke tanah tempat ia menghentak-hentakan kakinya,Manis pun meratap,” Kaluk aku agik kan diberik hidup,keluarkan aik dari tempat ini

Aneh bin ajaib,atas kehendak yang Kuasa,saat itu juga keluar air yang jernih dari tempat tersebut.Manis pun bersorak kegirangan.Sekejap kemudian ia pun meminum air tersebut sepuas-puasnya hingga hilang rasa hausnya.

Tak lan berselang,dengan terengah-engah, Tuk Pancor kembali dari selangan libot.Kuduan tangan nya menjinjing gerebog ( tempat air,red ) penuh berisi air.Namun,apa yang ia lihat? Terheran-heran Tuk Pancor menemukan Manis kelihatan segar bugar dan sedang bermain dengan gembiranya,justru dengan air.Padahal,ketika ia di tinggalkan,Manis sedang menangis meraung-raung.

Mendapati kondisi Manis yang segar bugar, Tuk Pancor segera menanyakan bagaimana ceritanya hingga ia memperoleh air. Tuk Pancor juga berusaha melarang Manis terus bermain dengan air tersebut,mengingat air begitu sulitnya di dapat saat itu.Manis pun menceritakan ihwal datangnya air tersebut.Sejak itu penduduk setempat tak pernah lagi mengalami kesulitan air untuk keperluan sehari-hari.

Sumur atau telaga,dengan garis tengah sekitar 1 meter sedalam 60 centimeter ini,hingga sekarang masih ada dan di kenal masyarakat setempat dengan nama Telage Muyang Manis.

Biasanya pada upacara Nirok Nanggok,upacara adat pengambilan ikan di musim kemarau,dari sinilah air pertama untuk semua peserta upacara diambil.Upacara pengambilan air itu di pimpin seorang dukun aik ( dukun air,red ) dan di mulai dengan memasang sesajen biasanya terdiri dari kembang setaman dan kemenyan di emapat sisi sumur.Setelah dibacakan mentera secara perlahan,dari tempat sisi sumur,yang semula kering kerontang,keluar air hingga terisi penuh.Dalam upacara Nirok Nanggok,dari sumur inilah semua perserta upacara mendapatkan air minum.

Sumur ini pun bisa terbilang penuh mistis.Sebab syarat mutlak peserta upacara ini harus beragama islam.Pernah,satu kejadian,sekitar awal 1970-an,tanpa di ketahui sebelumnya,ada seorang Cina ikut dalam upacara tersebut.Kedatangan nya untuk bermain judi ke lokasi tersebut.Dengan sekejap air Telage Muyang Manis kering.Setelah di ketahui ada seorang Cina di lokasi tersebut,kepala adapt segera mengusirnya.Sekejap kemudian sumur itu pun berair kembali.

Situs Telage Muyang Manis ini,hingga sekarang masih ada dan di anggap sakaral oleh masyarakat setempat,dan selalu menjadi lokasi Upacara Nirok Nanggok.

0 komentar:

Lokasi