Hikayat Padang Penyengat


Rabu, 21 September 2011

Kisah ini bermula dari kedatangan Adipati Cakaningrat I ke Belitung,yang semulanya bermukim di daerah Balok (Balok Lama) pada akhir abad 16 awal abad 17,di riwayatkan sebagai keturunan langsung bupati Mataram yang pertama.Menurut riwayat seetempat,saat Cakaningrat pertama datang di belitung,telah ada sebuah wilayah “kerajaan” local,yaitu kerjaan Badau yang takluk pada majapahit.Kerjaan ini didirikan seseorang bangsawan berasal dari Gresik,yang kemudian di kenali sebagai “Datuk Mayang Gresik” dan menamakan diri “Kiai Ronggo Udo”.


Berbeda dengan Cakaningrat Datuk Mayang Gresik mendarat di sungai Berang,dan kemudian menempati daerah gunung badau,antara daerah Pelulusan dan Nyuruk sekarang ini,dimana terdapat makam raja badau.Raja terakhir dari generasi ini adalah Kiai Ronggo Udo.Sayangnya beliau tidak mempunyai keturunan laki-laki.Beliau hanya mempunyai anak gadis bernama Nyai Sitti (Dewi) Kesuma yang kemudian menjadi isitri raja balok pertama yaitu Kiai Rangga atau Adipati Cakaningrat I atau Kiai gede Jakub.

Pada suatu waktu terjadi perselisihan antara kerajaan balok dan kerajaan badau,tentang siapa membawahi siapa.Raja balok mengklaim bahwa raja badau harus berada di bawahnya.Namun Raja badau tidak menerima keadaan ini,karena merasa lebih dulu dating ke belitung,di buktikan dengan adanya umbul-umbul merah putih yang di bawah dari majapahit ketika datuk mayang gresik tiba di belitung.Bukti-bukti sejarah tersebut hingga kini masih tersimpan di Museum Badau.

Keberatan Raja badau itu,membuat raja balok tidak senang dan kurang puas terhadap raja badau.Hingga setiap kali ada pertamuan antara keduanya,selalu terjadi adu mulut walau belum menjurus kepada adu fisik.
Setelah kesalapahaman itu berlarut-larut suatu hari datanglah utusan dari raja balok ke kerajaan badau untuk menyampaikan ajakan adu kekuatan atau perang tanding di kerjaan balok.Oleh raja badau utusan ini utusan ini disuruh menyampaikan kepada raja balok,agar siap menerima kedatangan guna memenuhi tantangan tersebut.Namun sebelum pulang orang-orang raja badau terlebih dahulu menggunduli kepala utusan raja balok tersebut.

Setiba di balok,murkalah raja balok atas perlakuan kurang ajar terhadap anah buah nya itu.waktu itu membotaki seorang utusan adalah penghinaan besar bagi kubu yang mengurus.Hingga Taja balok makin bersemangat untuk segera perang tanding dengan raja badau.

Akhirnya.waktu perang tanding itupun tiba.raja balok sudah menyiapkan penyambutan besar-besaran bagi raja badau disuatu lapangan terbuka,tempat ia biasa melatih para pengawalnya berperang,yaitu padang penyengat.raja badau merasa sangat gembira ketika tiba di lapangan itu,karena merasa akan menang dalam pertandingan tersebut.Kegembiraan raja badau itu rupanya tercium oleh raja balok,yang ia sindirkan dengan kegembiraan terakhir sebagai orang yang akan takluk

Maka di mulailah perang tanding antara kedua pasukan kerajaan.Namun,kendati semua system perang dan pertandingan sudah di lakukan tak ada juga pihak yang menyatakan diri sebagi pemenang maupun merasa kalah.Pada pertandingan terakhir tibalah giliran raja balok dan raja badau untuk saling adu kemampuan.Karena korban yang jatuh sudah sangat banyak mereka sepakat untuk tidak melakukan duel fisik secaa terbuka yakini adu sepak takraw.

Sebagai tamu raja badau yang di beri kesempatan pertama dan berhasil menyepak raga hingga 10 meter.Ketika giliran raja balok tiba suasana menjadi sunyi senyap,hening.dan raja balok mampu menyepak raga hingga lebih ari 12 meter.

Melihat kenyataan bahwa dirinya kalah dari raja balok,raja badaupun bersumpah,”Mulai detik ini tujuh keturunan kita tidak boleh bersatu (kawin) kalau ini di langgar maka celaka lah semuanya.”
Sesuai peran tanding semua anggota pasukan menuju sebuah telaga untuk membersihkan senjata tajam masing-masing,saking banyaknya anggota pasukan yang mencuci senjata,seketika air telaga itu menjadi merah,hingga kemudian telaga itu di kenal dengan sebutan TELAGA DARA.

Akan sumpah raja badau,hingga keturunan ketujuh memang masih perlu di perdebatkan.Namun,di desa bantam ada seorang tua dari badau berkeluarga dengan orang balok dan sudah delapan anaknya meninggal dunia.Setiap kematiannya sama,satu kakak tidak pernah punya adik.jika adik lahir maka sang kakak akan meninggal dunia,dan begitu seterusnya.Apakah itu karena sumpah Raja Badau ? wallahualam Bissawab.

Sumber Cerita : Buku Cerita Kampung Rakyat Belitung oleh Bule Sahib

0 komentar:

Lokasi