Hikayat Putri Sri Pingai


Rabu, 21 September 2011

Cerita ini ada hubungan nya dengan kisah Tuk Pancor yang setelah sekian lama bermukim di kelekaknya tak juga memperoleh seorang anak.Hingga sunyilah rumah nya sepanjang hari.


Suatu hari pada musim selatan,air laut sedang surut pada pagi hari,Tuk Pancor dan Nek Pancor menghilir ke laut untuk menangkap ikan.hari itu,dari pagi air sudah bergerak pasang,belum seekor ikan pun yang berhasil di tangkpa oleh pasangan suami istri.

Satu ketika alat pengakap ikan mereka berhasil menangkap beberapa ekor ikan dan sepotong bamboo.setelah ikan di ambil bambu itu pun di buang kembali ke laut.anehnya,ketika mereka kembali mengangkat pengakap ikan nya,selalu saja bambu itu terikut.hal ini membuat Tuk Pancor gusar.setelah berulang kali terjadi bamboo tadi ia ambil dan di letak kan di dalam kapal.ketika air semakin pasang, pasangan suami istri ini pun memutuskan pulang.

Matahari sudah hampir tenggelam ketika pasangan suami istri sudah sampai di rumah.Nek Pancor langsung membenahi hasil tangkapan hari itu.sebagian di siapkan untuk hidangann santap malam.dan sebagian lagi unttuk di garami ( di keringkan ).sedangkan Tuk Pancor membenahi alat penangkap ikan.bambu yang mereka bawa pulang tadi di taruh di kaki tangga di depan pondok.

Ke esokan paginya Tuk Pancor bermaksud berburu kijang ke hutan.Nek Pancor memasak nasi untuk bekal alat penangkap kijang –(di sebut lapum) telah di siapkan.setelah hsemua siap,Tuk Pancor berangkat ke hutan.cuaca pagi itu sangat cerah.

Sepeninggal suaminya berburu Nek Pancor bersiap-siap untu menjemur padi di halaman depan rumah.padi sebanyak satu ambin.( 2 kaleng minyak anah ),di hamparkan di atas sehelai tikar.untuk menjaga agar tikar tidak di terbangkan angina,pada setiap sisinya dipasang kayu melintang.salah satunya bambu yang di bawa suaminya dari laut kemarin.Nek Pancor duduk menunggui jemuran padi sambil sesekali masuk ke dalam rumah.

Satu keanehan luar biasa terjadi.cuaca yang tadi nya cerah dan terang benderang seketika menjadi gelap gulita,seperti malam hari.awan gelap menggumpal-gumpal seiring dating gerimis.titik-titik hujan pun secara perlahan berubah menjadi hujan lebat.dalam lebatnya hujan,tiba-tiba terdengar suara letusan keras.Nek Pancor,yang sedang sibuk mengangkat jemuran padi,terkejut bukan alang-kepalang mendengar letusan itu.

Nek Pancor lebih terkejut lagi, dengan apa yang dia dengar setelah letusan itu.sayup-sayup, di antara deru angina dan hujan,terdengar suara tangisan bayi.semula Nek Pancor tak percaya dengan apa yang di dengar nya itu.dalam hati,ia hanya beroikir, “ah ini gak salah pendengaran saja.”tapi ,begitu ia memusatkan perhatian ke asal suara letusan dasyat tadi, yakin lah ia bahwa itu bukan salah pendengaran.

Bukan hanya itu ia malah kaget,kerena bamboo yang ia gunakan untuk menggalang jemuran padi telah terbelah dua.lebih kaget lagi ia ketika melihat persis di tengah belahan bamboo tadi terdapat jabang bayi sedang menangis.Nek Pancor pun segera mengambil bayi itu dan segera membersihkan nya.setelah di bersihkan ,bayi itu ia selimutidan nini bobok kan hingga bayi itu berhenti menangis dan tertidur.

Seiring dengan itu hujan di luar pun turun semakin lebat.mbak di curahkan dari langit saja.air mulai menggenang di mana-mana.jemuran padi yang belum sempat di angkat Nek Pancor mengambang di halaman.
Di tengah hutan,Tuk Pancor yang tengah berburu di hutan juga kehujanan.dalam hujan lebat itu ia berhasil menangkap seeokor kijang besar dan gemuk.hasil tangkapan itu,membuat ia seeakan-akan tidak merasakan sedikitpun dingin nya hujan.kijang hasil buruan itu ia panggul di atas pundak dan bergegas pulang kembali menuju pondok.

Sementara hujan pun tak ada tanda-tanda akan berhenti.Malah terus makin hujan.Tiba pada suatu lemong ( cekukan sungai,red ) yang ari nya telah meluap perjalanan Tuk Pancor terhenti.Ia tak bisa menyerbang.Titian lemong telah raib terbawa arus air.Dihadapakan dengan kondisi demikian Tuk Pancor meletakan kijang nya dan memotong batang kayu jemang yang ukuran nya agak besar.setelah itu batang jemang ia rebahkan melitang hingga ujung nya hingga ke ujung serbang.sesaat kemudian Tuk Pancor kembali memanggul kijang nya dan menyebrangi titian dari kayu jemang tadi dengan langkah bergegas.Hingga sekarang,tempat Tuk Pancor meyerbang tadi di kenal dengan sebutan LEMONG TITI JEMANG,yang berarti cerukan sungai yang memilik jembatan dari batang jemang.

Singkat cerita,dalam lebatnya hujan,setelah bergegas akhirnya Tuk Pancor pun sampai di pinggir ladangnya.dari jauh dia bisa mulai melihat pondok.kian lama kian dekat.begitu memasuki halaman pondoknya ia tertegun mendapati hamparan tikar yang penuh padi mengambang.tak urung cemas dan curiga pun muncul dalam hatinya.apalagi semua pintu dan jendela tertutup,kecuali jendela kamar.

Dalam kecemasan nya Tuk Pancor memanggil-manggil istri nya.Tapi,kendati telah berkali-kali memanggil,tak ada jawaban.Dengan cemas, ia pun segera meletakan hasil buruan nya di tangga pondok.Sekejap kemudian ia masuk ke dalam pondok dengan parang terhunus di tangan kanan.Air dari pakaiannya yang basah bercocoran di lantai pondok.Di carinya Nek Pancor ke dapur.Tak ada,yang ia temukan hanyalah periok nasi yang sedang terjerang di atas tungku.

Terakhir,ia masuk ke kamar tidur.Bukan alang kepalang kaget Tuk Pancor ketika menyaksikan apa yang ia dapati di kamar itu.Nek Pancor sedang asing mengeloni bayi.Melihat kedatangan sumainya Nek Pancor pun segera memberi isarat gar tidak berisik.Tuk Pancor meras legah karena tidak terjadi sesuatu,seperti yang ia cemaskan sebelumnya.Tapi,hatinya dipenuhi tanda Tanya,darimana asal usul bayi tersebut ?

Saat Tuk Pancor sedang berganti pakaian perlahan-lahan Nek Pancor bangkit sambil berjingkat ia mengamit lengan suaminya dan mengajak kedapur.Nek Pancor pun kemudian menyeritakan hal ihkwal sang bayi.Terjawablah teka teki sang bayi bagi Tuk Pancor.

Dengann penuh kegembiraan pasangan suami istri inipun mengangkat anak si bayi tadi dan memberi nama “ SRI PINGAI “.Namun, setelah ia tumbuh menjadi anak-anak Tuk Pancor sering memanggilnya manis.

Seiring dengan itu hujan pun mulai redah teringan kijang hasil buruan masih terletak di tergeletak di tangga depan pondoknya.Tuk Pancor bergegas keluar.Tak lama kemudian ia telah membuat api untuk mencabuti bulu kijang tadi.ketika Nek Pancor mau membantu ia melarang nya dan menyuruh agar Nek Pancor menjaga Sri Pingai.Semua urusan masak di ambil alih oleh Tuk Pancor.Setelah kehadiran Sri Pingai kehidupan pasangan suai istri ini selalu di penuhi kegembiraan.

Belasan tahun berlalu.Sri Pingai pun menjadi kembang kelekak “ TUK PANCOR”. Tapi belum seorang pun yang berani dan berhasil menggaet hatinya.

Suatu hari sebuah kapal mendarat dipinggir sungai sekitar kelekak “ Tuk Pancor”.Pemilik kapal itu kemudian di kenali bernama TEMANGGUNG SINGARANU.sebagai perjaka tulen,tentulah hatinya tergerak untuk menentukan pasangan hidup.

Pada suatu sore yang cerah Temanggung Singaranu berjalan-jalan di kelekak Tuk Pancor untuk besilaturahmi dengan penduduk kelekak.Sebagai pendatang baru,ia harus segera menyatu dengan masyarakat setempat.Sedang asik berjalan-asik ia meliaht seorang gadis cantik dengan rambut hitam tergerai sampai ke punggung,berhidung mancung dengan mata bersinar.Siapa gerangan dia,Tanya Temanggung dalam hati.

Karena merasa masih baru tinggal di daerah itu,Teanggung tentu saja masih menjaga diri untuk mendekati gadis cantik tadi.Namun sepanjang perjalan keliling kelekak ia tak bisa menghilangkan bayangan Si Gadis.Bahkan diamanapun dan kemanapun ia pergi selalu saja wajah sang gadis membayang di pelupuk matanya.

Setelah mencari tau kesana keamari,ia pun tau bahwa si gadis yang telah menggoda nya itu adalah Sri Pingai,anak Tuk Pancor,Kepala Kelekak yang sangat di segani penduduk setempat.Dan sekitar awak kapalnya.Dengan sikap berani Singaranu segera menghadap ke Pancor untuk melamar Sri Pingai.

Namun adat setepat tak bisa begitu saja menerima lamaran.Karena itulah Tuk Pancor pun belum mengiakan dan merestui kehendak Singaranu betapa pun ia menyadari bahwa hidup nya tak lama lagi dan Sri Pingai sudah cukup dewasa untuk berkeluarga.Maka tuk pancro pun meminta waktu 7 hari untuk memikirkan sebelum menjawab Singaranu

Tuk Pancor berpikiran bagaimana pun ia harus tau dulu asal muasal Singaranu sebagai calon suami Sri Pingai.Selama 7 hari tersebut,dengan menggunakan pihak lain tuk Pancor mencari keterangan tentang asal muasal Singaranu,kepada awak kapal atau anak buah kapal Singaranu.

Setelah mengetahui asal muasal Singaranu dan menilai cocok sebagai suami Sri Pingai,sampai lah waktu untuk menjawab lamaran Singaranu.Musyawarah keluarga dan saudara Tuk Pancor dan kaum tua lainya serta kemauann Sri Pingai sendiri bulat untuk meemutuskan menerima lamaran Singaranu.Berita gembira itu pun di sampikan kepada singarnu yang sudah tak sabar menunggu.

Setelah mendengar kabar gembira itu,Singaranu merasa legah.Karena baru kali inilah hatinya baru tergerak untuk berkeluarga dan ternyata keinginan itu mendapat sambutan baik dari keluarga Sri Pingai.Maka ia pun berjanji pada dirinya sendiri akan mengurus dan membela istrinya dengan sebaik-baik nya dan berusaha untuk tidak jauh-jauh dari Sri Pingai,apalagi setelah ia tau bahwa Sri Pingai adalah anak kesayangan Tuk Pancor.

Hari yang dii nanti-nanti itu pun tiba.Tuk Pancor menggelar perhelatann besar selama 7 hari 7 malam yang tiada tanding nya pada waktu itu.Segala bentuk permainan adapt setempat di gelar.Masyarakat kelekak Tuk Pancor bahkan dari kelekak yang jauh letak nya berdatangan untuk menghadiri perhelaan tersebut.Pendek kata,selama sepekan itu, kelekak Tuk Pancor berubah menjadi tak ubah seperti pasar malam.

Demikian lah,setelah perhelatan usai,Sri Pingai dan Singaranu menjadi sepasang suami istri dan tetap tinggal di rumah Tuk Pancor.Singaranu betul-betul tipe suami yang di harapkan Tuk Pancor dan Nek Pancor.Mengingat keduanya sudah tua, dan sudah mulai sakit-sakitan tanggung jawab rumah tangga itupun di ambil alih pasangan muda itu.

Namun ajal tetap ada di tangan kuasa.Suatu hari Nek Pancor menderita sakit keras.Tak lama kemudian ajal dating menjempunya.

Kematian Nek Pancor ini membuat Sri Pingai sedih bukan alang kepalang.Belum habis masa berkabung Sri Pingai,Tuk Pancor menyusul kepergian Nek Pancor.Tuk pancor di makam kan di kelekak,itu juga,berdampingan dengan makam isitri nya.( kini,makam keduanya bisa di temukan di bekas kelekak Tuk Pancor,tak jauh sekitar 8 km dari kembiri menuju arah air kundor membalong.Red )

Di tinggal kedua orang tua nya secara beriringan,tak pelak membuat keluarga muda yang masih mengharap bimbingan keduanya. Ini terpukul.Terlebih-lebih Sri Pingai.Setiap pergi mandi ke sungai tempat biasa ia sering di mandikan masihh kecil oleh mendiang Nek Pancor,setiap kali pula ia menangis.Menyadari kejadian itu,Singaranu tak mau berdiam diri.kalau di biarkan berlarut-larut bisa-bisa Sri Pingai menjadi gila.Singaranu pun berdiskusi dengan anak buah nya di kapal.Seorang anak buah Singaranu pun berujar,”Juragan,ku kira lebih baik kita membawa Sri Pingai ke tanah sebrang,ketenah kelahiran juaragan.apalagi selama ini juaragan belum pernah mengatakan keberadaan juragan.karena itu,inilah saat nya sekaligus untuk merubah sikap Sri Pingai.barangkali ia perlu suasana baru untuk menerima kematian orang tuanya”.

Mendengar saran simpatik tersebut Singaranu memutuskan untuk kembali ke negri asal nya memperkenal kan sang istri kepada keluarga nya,sekaligus menghibur istrinya yang terus berduka.Di siapkan lah segala macam bekal yang akan di bawa selama perjalanan,Bagian di dalam kapal juga di ubah,dengan memberi keperluan khusus untuk keperluan Sri Pingai dan Singaranu untuk beristirahat.

Tepat pada ssat keberangkatan kapal Singaranu,Semua kelekak Tuk Pancor pergi mengantar.mereka sangat terkesan dengan kehadiran Singarnu selama ini.Ia selalu memberikan bantuan pemecahan masalah yang di hadapai penduduk kelekak.Bahkan tak segan- segan mengerahkan anak buah kapal nya jika terjadi gangguan keamanan dari luar,seperti bajak laut/lanun.Itulah sebenarnya mengapa peenduduk kelekak Tuk Pancor rela meninggalkan ume barang sesaat. Untuk melepas kepergian Sri Pingai dan Singarnu menuju negrii sebrang.Bahkan,sebagian ada yang mengantar hingga ke muara sungia kembiri.

Begitu kapal Singarnu melepas jangkar tak urung isak tangis penduduk kelekak Tuk Pancor menggema di iringi lambaian.Seiring gerimis,perlahan kapal Singaranu bergerak meninggal kan kelekak Tuk Pancor menyusuri sungai kembiri menuju ke muara.Sebelumm akhirnya menuju laut lepas.

Rupanya alam pun ikut larut melepaskan kepergian Sri Pingai. setelah kapal Singaranu lepas dari muara sungai kembiiri dan berada di laut lepas turun hujan deras.seperti di curahkan dari langit.Persis seperti kondisi saat bamboo tempat asal Sri Pingai meledak.Seiring dengan itu gelombang laut pun mulai meninggi dan mengganas.
Dari pinggir sungai kembiri,sebagian penduduk yang mengantar kepergian Sri Pingai sampai muara,samar-samar menyaksikan kapal Singaranu terombang-ambing di permainkan gelombang laut yang kian mengganas dalam hantaman badai kapal itu pecah terbelah dua.Semua penumpang nya tak ada yang selamat termasuk pasangan Sri pingai dan Singaranu.Sejak kejadian itu penduduk kelekak Pancor pun hanya saja bisa mengingat-ingat Sri pingai.

Konon sejak kejadian itu hingga berapa tahun silam masyarakat sekitar kerap menemukan seekor buaya berbintik kuning di punggung dan dadanya di iringi seekor buaya gemuk dan pendek hilir mudik di sungai kembiri.Kedua buaya itu sering berhenti di tempat Sri Pingai semasa masih hidup di mandikan Nek Pancor serta berenang bersama teman sepermainan.Memperhatikan tingkah lakunya,masyarakat setempat beranggapan bahwa kedua buaya tersebut adalah jelmaan Sri Pingai dan Singaranu yang masih menghuni sungai kembiri.

Sumber Cerita : Buku Cerita Kampung Rakyat Belitung oleh Bule Sahib

0 komentar:

Lokasi