Risiko operasional (operational risk)


Jumat, 16 Desember 2011

Risiko operasional (operational risk) adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh kegagalan atau tidak memadainya proses internal, manusia dan sistem, atau sebagai akibat dari kejadian eksternal.

Definisi diatas terdapat dalam kerangka kerja Basel II. Risiko operasional dapat dibagi menjadi beberapa sub-kategori, seperti risiko yang terkait dengan:
  • proses internal
    manusia
    sistem
    kejadian eksternal
    hukum dan regulasi (risiko legal).
Selama 15 tahun terakhir, cukup banyak kejadian risiko operasional yang mengakibatkan kerugian besar bagi perusahaan-perusahaan yang terlibat. Dua contoh berikut memberikan penekanan pada jenis kategori kegagalan risiko operasional yang berbeda.

Contoh
Kegagalan pengendalian: Barings
Tahun 1995 Baring Brothers and Co. Ltd. (Barings), London, jatuh setelah mengalami kerugian sebesar GBP 827 juta akibat kegagalan proses dan prosedur pengendalian internalnya.

Seorang trader di Singapura yang bekerja di Singapore Futures Exchange mampu menyembunyikan kerugian posisi trading yang terus membesar selama lebih dari dua tahun hingga akhirnya tidak dapat ditutup-tutupi lagi. Karena kurangnya pengendalian, trader tersebut dapat berperan sebagai manajer pelaksana dan pencatat settlement, sehingga dapat memberikan otorisasi untuk transaksi yang dilakukannya sendiri. Walaupun kejadian ini seringkali dikatakan sebagai akibat dari rouge trader, namun harus diakui bahwa keadaan tersebut sebenarnya merupakan kasus kegagalan pengendalian internal.

Contoh Teknologi/globalisasi
Contoh risiko operasional ini mempengaruhi hampir seluruh bidang industri, tidak hanya perbankan. Contoh ini juga bukan merupakan suatu kejadian risiko tunggal tetapi lebih merupakan serangkaian kejadian risiko yang berkelanjutan. Kejadian risiko operasional muncul sebagai dampak virus komputer yang menyebabkan kerusakan miliaran dolar pada berbagai jenis kegiatan usaha di seluruh dunia. Virus Melissa, salah satu yang terburuk, muncul bulan Maret 1999 dan diperkirakan telah mempengaruhi 45 juta komputer pribadi (PC) hanya dalam beberapa hari. Virus komputer tersebut diperkirakan telah membawa kerugian pada dunia usaha hingga mencapai USD 500 juta. Pada tahun 1990 dilaporkan terdapat 200 serangan virus dan hingga akhir tahun 2004 terdapat lebih dari 70.000 serangan virus komputer.

Walapun definisi Basel II tentang risiko operasional tidak mencakup risiko bisnis, strategis dan reputasi, Basel II memberikan ruang bagi jenis risiko lain untuk dipertimbangkan pada saat menghitung modal bank berbasis risiko. 

Risiko operasional terutama terkait dengan berbagai masalah yang dapat diakibatkan oleh kegagalan proses di bank. Namun demikian risiko operasional tidak hanya mempengaruhi kegiatan usaha perbankan tetapi juga berbagai jenis kegiatan usaha lainnya. Sebagai contoh, pabrik mobil dapat menderita kerugian operasional bila tidak menerapkan tindakan kendali kualitas yang ketat atas model-model barunya.

Risiko operasional adalah risiko terpenting yang sehari-harinya dapat mempengaruhi para nasabah. Hal ini menyebabkan bank semakin terfokus pada proses, prosedur dan pengendalian yang terkait dengan risiko operasional. Selama 20 tahun terakhir, manajemen risiko operasional yang tidak tepat telah menyebabkan kerugian pada bank yang besarnya sama atau bahkan lebih besar daripada pada kerugian yang ditimbulkan oleh risiko kredit dan risiko pasar.

Bank pada umumnya sudah tidak asing dengan kegagalan operasional dan telah memiliki rencana dan proses untuk mengendalikan risiko ini. Permasalahan sehari-hari yang mempengaruhi bank dan mudah diketahui adalah :
  • kegagalan merekonsiliasikan pembayaran kepada dan pembayaran yang diterima dari bank lain
  • kesalahan dalam pelaksanaan atau pencatatan transaksi oleh trader atau staf administrasi yang mengakibatkan posisi pasar yang tidak benar dan permasalahan dalam merekonsiliasikan posisi
  • kegagalan dalam menyeimbangkan saldo kredit dan debet
  • kegagalan sistem transaksi utama setelah dilakukannya upgrading sistem komputer
  • kejadian eksternal seperti listrik padam atau banjir
Selama 15 tahun terakhir terdapat peningkatan jumlah kejadian risiko operasional yang high profile dan menyebabkan dampak serius pada profitabilitas dan modal bank. Sebagai konsekuensinya, pengawas perbankan mendorong bank untuk mencermati seluruh proses yang ada di bank dan mempertimbangkan kejadian low frequency/high impact di luar area risiko kredit dan pasar. Regulasi Basel II telah mendorong kemajuan manajemen risiko operasional. Untuk pertama kalinya bank diminta mengkuantifasikan risiko operasional, mengukur dan mengalokasikan modal untuk mengantisipasi risiko operasional sebagaimana halnya yang dilakukan untuk risiko kredit dan risiko pasar.

Perubahan tampilan risiko operasional
Risiko operasional bukan merupakan kelompok risiko baru; bahkan sebenarnya merupakan kelompok risiko yang sudah ada sejak dulu. Kegagalan risiko operasional adalah suatu hal yang umum dan terjadi sejak bank pertama didirikan.

Baik pengawas maupun bank memberi perhatian pada perubahan-perubahan dalam industri perbankan yang menyebabkan terjadinya berubahnya karakteristik risiko operasional. Kejadian yang secara historis mengakibatkan low-cost error semakin diikuti atau bahkan digantikan oleh kejadian yang lebih jarang terjadi, tetapi memiliki dampak yang lebih luas.

Terdapat beberapa alasan mengapa karakteristik risiko operasional berubah. Alasan-alasan tersebut adalah:
  • otomatisasi
  • ketergantungan pada teknologi
  • outsourcing
  • terorisme
  • meningkatnya globalisasi
  • insentif dan trading – ‘rouge trader’
  • meningkatnya volume dan nilai transaksi, dan
  • meningkatnya litigasi.

0 komentar:

Lokasi