The Basel II Framework memberikan panduan yang sangat spesifik saat menjelaskan hal-hal yang termasuk dalam ‘risiko lainnya’. Walaupun tidak secara langsung dicakup oleh regulasi, risiko-risiko lain tersebut penting karena bank harus mempertimbangkan berbagai risiko saat menghitung modal berbasis-risiko. Tiga risiko yang termasuk dalam kategori risiko-risiko lain adalah:
risiko bisnis
risiko strategis
risiko reputasi.
Pembaca harus memperhatikan bahwa walaupun risiko-risiko di atas tidak termasuk dalam definisi Basel II mengenai risiko operasional, sebagian bank memasukkan risiko-risiko tersebut dalam definisi mereka sendiri dan melakukan pengelolaan terhadap risiko-risiko tersebut.
risiko bisnis
risiko strategis
risiko reputasi.
Pembaca harus memperhatikan bahwa walaupun risiko-risiko di atas tidak termasuk dalam definisi Basel II mengenai risiko operasional, sebagian bank memasukkan risiko-risiko tersebut dalam definisi mereka sendiri dan melakukan pengelolaan terhadap risiko-risiko tersebut.
Risiko bisnis
Risiko bisnis adalah risiko yang terkait dengan posisi kompetitif bank dan prospek bank untuk berkembang dalam pasar yang senantiasa berubah.
Risiko bisnis adalah risiko yang terkait dengan posisi kompetitif bank dan prospek bank untuk berkembang dalam pasar yang senantiasa berubah.
Walaupun risiko bisnis tidak termasuk dalam definisi Basel mengenai risiko operasional, risiko bisnis menjadi perhatian utama direksi dan komisaris bank. Risiko bisnis meliputi, antara lain, prospek jangka pendek dan jangka panjang terhadap produk dan jasa yang ada.
Contoh
Bank A menyediakan kredit perumahan bagi nasabahnya. Manajemen senior bank memutuskan untuk menaikkan pangsa pasarnya dengan cara menurunkan suku bunga kredit perumahannya secara agresif, dan menawarkan kredit (loan-to-value) 100% dari nilai rumah. Keputusan bisnis ini membawa risiko tinggi karena membuat Bank A memiliki eksposur besar terhadap pasar properti dan kenaikan tingkat suku bunga underlying. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan biaya kredit perumahan yang harus ditanggung debitur dan dapat mengakibatkan peningkatan jumlah kredit yang mengalami default. Selanjutnya, penurunan harga properti akan menyebabkan nilai jaminan jatuh di bawah nilai kreditnya.
Bank A menyediakan kredit perumahan bagi nasabahnya. Manajemen senior bank memutuskan untuk menaikkan pangsa pasarnya dengan cara menurunkan suku bunga kredit perumahannya secara agresif, dan menawarkan kredit (loan-to-value) 100% dari nilai rumah. Keputusan bisnis ini membawa risiko tinggi karena membuat Bank A memiliki eksposur besar terhadap pasar properti dan kenaikan tingkat suku bunga underlying. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan biaya kredit perumahan yang harus ditanggung debitur dan dapat mengakibatkan peningkatan jumlah kredit yang mengalami default. Selanjutnya, penurunan harga properti akan menyebabkan nilai jaminan jatuh di bawah nilai kreditnya.
Mengingat kenaikan tingkat suku bunga dan penurunan harga properti menurun dapat terjadi pada saat yang bersamaan, maka keputusan bisnis ini jelas berisiko.
Walaupun Bank A dapat dengan cepat meluaskan pangsa pasarnya, kualitas kredit perumahan yang baru relatif rendah. Saat tingkat suku bunga naik, Bank A menyadari bahwa banyak nasabahnya mendapatkan kredit melebihi kemampuan yang ada dan tidak mampu membayar kembali kredit tersebut.
Contoh
BestBank, Boulder, Colorado
Pada bulan Juli 1998 BestBank of Boulder, Colorado, ditutup oleh Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) sebagai akibat besarnya kerugian yang diderita, yaitu sekitar USD 200 juta. Kerugian ini merupakan akibat dari kebijakan bank tersebut menyediakan fasilitas kartu kredit kepada debitur yang berkualitas rendah.
BestBank, Boulder, Colorado
Pada bulan Juli 1998 BestBank of Boulder, Colorado, ditutup oleh Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) sebagai akibat besarnya kerugian yang diderita, yaitu sekitar USD 200 juta. Kerugian ini merupakan akibat dari kebijakan bank tersebut menyediakan fasilitas kartu kredit kepada debitur yang berkualitas rendah.
Kebijakan kartu kredit BestBank adalah sebuah contoh klasik dari bank yang meminjamkan uang kepada nasabah yang berisiko tinggi dengan tingkat suku bunga tinggi untuk menumbuhkan bisnisnya. Sebagai akibat kebijakan kartu kreditnya, neraca bank meningkat tajam dari USD 10 juta pada tahun 1994 menjadi USD 348 juta pada tahun 1998.
Walaupun bank terlihat menghasilkan tingkat pendapatan yang tinggi, BestBank lalai membuat provisi yang cukup untuk mengantisipasi tidak terhindarkannya kredit macet.
Risiko strategis
Risiko strategis adalah risiko yang terkait dengan keputusan bisnis jangka panjang yang diambil oleh direksi bank. Risiko strategis juga dapat dikaitkan dengan implementasi strategi tersebut.
Risiko strategis adalah risiko yang terkait dengan keputusan bisnis jangka panjang yang diambil oleh direksi bank. Risiko strategis juga dapat dikaitkan dengan implementasi strategi tersebut.
Risiko strategis mirip dengan risiko bisnis; namun keduanya berbeda dalam durasi dan pentingnya keputusan tersebut. Risiko strategis umumnya terkait dengan keputusan sebagai berikut:
- bisnis yang akan dijadikan investasi
- bisnis yang akan diakuisisi, dan/atau
- bisnis yang akan ditutup atau dijual dan batasan-batasannya.
Contoh
Bank B menerima simpanan dari nasabahnya dan memberikan kredit perorangan kepada mereka. Bank C bergerak dalam bisnis mortgage dan menyediakan kredit perumahan kepada nasabahnya.
Bank B menerima simpanan dari nasabahnya dan memberikan kredit perorangan kepada mereka. Bank C bergerak dalam bisnis mortgage dan menyediakan kredit perumahan kepada nasabahnya.
Manajemen senior Bank B memutuskan untuk memperluas bisnis bank tersebut, dengan cara memasuki bisnis mortagge melalui tindakan akuisisi terhadap Bank C. Keputusan ini membawa risiko strategis karena Bank B mengambil keputusan strategis jangka panjang dan masuk ke dalam sebuah bisnis dimana Bank B sebelumnya tidak memiliki pengalaman mengenai mortgage.
Contoh
Midland Bank
Pada bulan Juli 1980, Midland Bank mengumumkan bahwa telah dilakukan tindakan akuisisi terhadap Crocker Bank di California (jika persetujuan dari Federal Reserve Bank AS diberikan). Persetujuan akuisisi ini diberikan bulan Agustus 1981 dan pada bulan Oktober 1981, Midland Bank membayar USD 597 juta untuk 51% kepemilikan Crocker Bank.
Midland Bank
Pada bulan Juli 1980, Midland Bank mengumumkan bahwa telah dilakukan tindakan akuisisi terhadap Crocker Bank di California (jika persetujuan dari Federal Reserve Bank AS diberikan). Persetujuan akuisisi ini diberikan bulan Agustus 1981 dan pada bulan Oktober 1981, Midland Bank membayar USD 597 juta untuk 51% kepemilikan Crocker Bank.
Pada Bulan Februari 1986, Midland Bank menjual Crocker Bank kepada Wells Fargo Bank dengan harga sekitar USD 1,1 miliar. Walaupun sepintas terlihat bahwa investasi Midland Bank pada Crocker Bank telah berlipat ganda, perhitungan tersebut sebenarnya tidak mempertimbangkan:
pembentukan provisi sebesar USD 760 juta untuk kredit macet yang dilakukan Midland Bank
USD 700 juta yang diinvestasikan Midland di Crocker Bank pada tahun 1981.
Diperkirakan bahwa kerugian Midland di Crocker Bank seluruhnya mencapai sekitar USD 1,7 miliar. Masalah Midland Bank dengan Crocker Bank sebagian disebabkan karena mengakuisisi bank asing yang memiliki standar dan sikap bisnis yang berbeda. Pada akhirnya terbukti bahwa perbedaan kultural tidak dapat dijembatani.
Risiko reputasi
Risiko reputasi adalah risiko terjadinya potensi kerusakan bagi perusahaan yang diakibatkan oleh opini publik yang negatif.
Risiko reputasi adalah risiko terjadinya potensi kerusakan bagi perusahaan yang diakibatkan oleh opini publik yang negatif.
Sebagaimana halnya risiko bisnis, risiko reputasi tidak termasuk dalam definisi Basel II tentang risiko operasional. Contoh dari Bagian 1.1. mengilustrasikan risiko reputasi yang memperlihatkan bahwa ‘isu akan kekurangan dana’ dapat menyebabkan ‘bank rush’. Reputasi bank tersebut rusak karena kejadian risiko. Kekhawatiran nasabah pada akhirnya menjadi krisis kepercayaan.
Saat ini risiko reputasi sebuah bank mengalami peningkatan baik dalam hal severity-nya maupun kecepatan terjadinya kerugian. Hal tersebut disebabkan oleh pasar keuangan yang bersifat global dan melakukan trading 24 jam sehari. Dalam hal ini, kerusakan reputasi sebuah bank berskala internasional dapat terjadi kapan saja, di bagian manapun di dunia dan dilaporkan secara langsung ke seluruh dunia.
Risiko reputasi tidak terbatas hanya pada reputasi dari sebuah bank saja, namun dapat mencakup keseluruhan sektor industri perbankan, misalnya mortgage banking atau internet banking. Walaupun kejadian risiko dapat terjadi hanya pada satu bank yang pengendalian risiko-nya tidak memadai, reputasi dari masing-masing produk atau sektor dapat memengaruhi keseluruhan industri perbankan. Tergantung dari cara pelaporannya, suatu kejadian yang semula terisolasi dapat meluas dan merusak reputasi seluruh industri.
Contoh
Risiko reputasi yang berdampak pada industri perbankan
Bank C adalah sebuah bank yang hanya melayani transaksi melalui internet. Setelah melakukan upgrading perangkat lunak yang terkait dengan sistem keamanan transaksi online, sebuah kesalahan kecil pada perangkat lunak yang digunakan menyebabkan beberapa nasabah dapat membaca rekening koran milik nasabah lain. Walaupun mereka tidak dapat mengotorisasi suatu transaksi pada rekening nasabah lain, kejadian ini dianggap sebagai suatu kelemahan keamanan internet untuk bank yang beroperasi secara online. Hal ini kemudian menyebabkan berita di media massa yang mempertanyakan “seberapa amankah uang anda pada transaksi online?” Potensi kecurangan pada transaksi online menimbulkan persepsi bahwa bank yang beroperasi melalui jaringan internet tidak aman.
Risiko reputasi yang berdampak pada industri perbankan
Bank C adalah sebuah bank yang hanya melayani transaksi melalui internet. Setelah melakukan upgrading perangkat lunak yang terkait dengan sistem keamanan transaksi online, sebuah kesalahan kecil pada perangkat lunak yang digunakan menyebabkan beberapa nasabah dapat membaca rekening koran milik nasabah lain. Walaupun mereka tidak dapat mengotorisasi suatu transaksi pada rekening nasabah lain, kejadian ini dianggap sebagai suatu kelemahan keamanan internet untuk bank yang beroperasi secara online. Hal ini kemudian menyebabkan berita di media massa yang mempertanyakan “seberapa amankah uang anda pada transaksi online?” Potensi kecurangan pada transaksi online menimbulkan persepsi bahwa bank yang beroperasi melalui jaringan internet tidak aman.
Walaupun tidak ada kerugian secara nyata bagi nasabah, kepercayaan masyarakat pada online banking dan reputasi bank yang beroperasi dengan menggunakan jaringan internet tersungkur. Akibatnya, jumlah nasabah pada bank yang hanya menyediakan jasa melalui internet menurun secara dramatis dan mengakibatkan kerugian sangat besar yang memaksa sebagian bank yang beroperasi online ini ambruk.
Seperti yang ditekankan dalam contoh di atas, peristiwa yang pada awalnya berdampak kecil dapat berlanjut hingga mengakibatkan kerugian jangka panjang, jika dampak kejadian pada reputasi bank tersebut tidak dikelola secara efektif. Pengukuran kerugian akibat risiko reputasi seringkali sulit dilakukan karena pengaruhnya yang cenderung meluas dan bersifat jangka panjang.
Contoh
NatWest Bank
Pada bulan Maret 1997, dua hari setelah mengumumkan laba tahun 1996, National Westminster Bank (NatWest), sebuah bank Inggris yang besar, mengungkapkan adanya ‘black hole’ dalam portfolio option-nya yang jumlahnya sekitar GBP 50 juta. Beberapa hari kemudian terungkap bahwa kerugian sebenarnya hampir mencapai GBP 90 juta sebagai akibat kesalahan pemberian pricing portfolio option bank tersebut sejak akhir tahun 1994. Diperkirakan bahwa kesalahan pemberian pricing tersebut disebabkan oleh kekeliruan, bukannya kecurangan.
NatWest Bank
Pada bulan Maret 1997, dua hari setelah mengumumkan laba tahun 1996, National Westminster Bank (NatWest), sebuah bank Inggris yang besar, mengungkapkan adanya ‘black hole’ dalam portfolio option-nya yang jumlahnya sekitar GBP 50 juta. Beberapa hari kemudian terungkap bahwa kerugian sebenarnya hampir mencapai GBP 90 juta sebagai akibat kesalahan pemberian pricing portfolio option bank tersebut sejak akhir tahun 1994. Diperkirakan bahwa kesalahan pemberian pricing tersebut disebabkan oleh kekeliruan, bukannya kecurangan.
Akhirnya NatWest terpaksa membentuk provisi sekitar GBP 77 juta untuk menutupi kerugian tersebut. Sebuah artikel dalam Euromoney pada bulan Mei 1997 menyatakan bahwa para trader diizinkan menentukan pricing mereka sendiri kepada sistem dan bahwa sistem manajemen risiko tingkat suku bunga yang dikembangkan oleh bank itu tidak mampu menilai kembali posisinya dengan benar. Artikel Euromoney tersebut adalah publikasi yang membawa bencana bagi NatWest karena menekankan ketidakmampuan bank untuk mengelola operasi trading-nya.
Perlu dicatat bahwa beberapa waktu kemudian National Wesminster Bank diambil alih oleh Royal Bank of Scotland (RBS) yang saat itu merupakan bank yang skala usahanya jauh lebih kecil. Merupakan suatu hal yang diluar kelaziman bahwa bank kecil dapat mengambil alih bank yang skala usahanya lebih besar. Keberhasilan RBS mengambil alih National Westminster Bank lebih disebabkan oleh reputasi manajemennya yang dianggap luar biasa.
0 komentar:
Posting Komentar